Pages

Labels

Selasa, 25 Maret 2014

Ajaran dan Asal-usul Nabi Khidir


Ajaran dan Asal-usul Nabi Khidir
Nabi Khidir merupakan
orang yang sangat khusus, karena beliau
adalah salah satu hamba Allah yang ditunda
kematiannya dan masih diberi rejeki. Selain

itu beliau diutus untuk memberi pelajaran
Makrifat kepada Para Wali, para Sufi,
maupun kepada orang yang dengan tekun
mendekatkan diri kepada Allah.
Nabi Khidir as mengajarkan ilmu tentang
Makrifat, ada yang menyebutkan beliau juga
mengajarkan ilmu Laduni. Banyak orang
yang ingin bertemu dengan beliau, terutama
para penganut Tarikat, ataupun mereka yang
ingin berguru kepada beliau. Kesalahan
terbesar mereka adalah karena mereka ingin
bertemu, seharusnya jangan punya
keinginan untuk bertemu, biarkanlah beliau
yang menemui kita

Dalam beberapa riwayat, Nabi Khidir
memiliki Ciri-ciri fisik yang tidak dimiliki
oleh orang lain, yaitu: jempol tangan kanan
tidak bertulang, beliau selalu membawa
tongkat, perawakan beliau lebih tinggi dari
kebanyakan kita.

Al-Khiḍr (Arab: رضخلا , Khaḍr, Khaḍer,
al-Khaḍir) keterangan mengenai beliau
terdapat dalam Al Quran Surah Al-Kahfi
ayat 65-82. dan beberapa hadist.
“Mystical Dimensions of Islam”, oleh
penulis Annemarie Schimmel, Khidr
dianggap sebagai salah satu nabi dari empat
nabi dalam kisah Islam dikenal sebagai
‘Sosok yang tetap Hidup’ atau ‘Abadi’. Tiga
lainnya adalah Idris (Enoch), Ilyas (Elias),
dan Isa (Jesus).
Khidr abadi karena ia dianggap telah
meminum air kehidupan. Ada beberapa
pendapat yang menyatakan bahwa Khidr
adalah masih sama dengan seseorang yang
bernama Elia. Ia juga diidentifikasikan
sebagai St. George. Diantara pendapat awal
para cendikiawan Barat, Rodwell
menyatakan bahwa “Karakter Khidr
dibentuk dari Jethro.”
Dalam kisah literatur Islam, satu orang bisa
bermacam-macam sebutan nama dan
julukan yang telah disandang oleh Khidr.
Beberapa orang mengatakan Khidr adalah
gelarnya; yang lainnya menganggapnya
sebagai nama julukan. Khidr telah
disamakan dengan St. George, dikenal
sebagai “Elijah versi Muslim” dan juga
dihubungkan dengan Pengembara abadi.

Para cendikiawan telah menganggapnya dan
mengkarakterkan sosoknya sebagai orang
suci, nabi, pembimbing nabi yang misterius
dan lain lain.
Al-Khiḍr secara harfiah berarti ‘Seseorang
yang Hijau’ melambangkan kesegaran jiwa,
warna hijau melambangkan kesegaran akan
pengetahuan “berlarut langsung dari sumber
kehidupan.” Dalam situs Encyclopædia
Britannica, dikatakan bahwa Khidr
memiliki sebuah nama, yang paling terkenal
adalah Balyā bin Malkān.
Menurut Syaikh Imam M. Ma’rifatullah al-
Arsy, Segitiga Bermuda merupakan tempat
titik terujung di dunia ini. Ditengah kawasan
itu terdapat sebuah telaga yang airnya dapat
membuat siapa saja yg meminumnya
menjadi panjang umur, ditempat itu pula
Khidr bertahta sebagai penjaga sumber air
kehidupan tersebut.

Teguran Allah kepada Musa
Kisah Musa dan Khiḍr dituturkan oleh Al-
Qur’an dalam Surah Al-Kahfi ayat 65-82.
Menurut Ibnu Abbas, Ubay bin Ka’ab
menceritakan bahwa beliau mendengar nabi
Muhammad bersabda: “Sesungguhnya pada
suatu hari, Musa berdiri di khalayak Bani
Israil lalu beliau ditanya, “Siapakah orang
yang paling berilmu?” Jawab Nabi Musa,
“Aku” Lalu Allah menegur Nabi Musa
dengan firman-Nya, “Sesungguhnya di sisi-
Ku ada seorang hamba yang berada di
pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu
daripada kamu.”
Lantas Musa pun bertanya, “Wahai
Tuhanku, dimanakah aku dapat
menemuinya?” Allah pun berfirman,
“Bawalah bersama-sama kamu seekor ikan
di dalam sangkar dan sekiranya ikan tersebut
hilang, di situlah kamu akan bertemu dengan
hamba-Ku itu.” Sesungguhnya teguran
Allah itu mencetuskan keinginan yang kuat
dalam diri Nabi Musa untuk menemui
hamba yang shalih itu. Di samping itu, Nabi
Musa juga ingin sekali mempelajari ilmu
dari Hamba Allah tersebut.
Nabi Musa kemudiannya menunaikan
perintah Allah itu dengan membawa ikan di
dalam wadah dan berangkat bersama-sama
pembantunya yang juga merupakan murid
dan pembantunya, Yusya bin Nun.
Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah
batu dan memutuskan untuk beristirahat
sejenak karena telah menempuh perjalanan
cukup jauh. Ikan yang mereka bawa di
dalam wadah itu tiba-tiba meronta-ronta dan
selanjutnya terjatuh ke dalam air. Allah
SWT membuatkan aliran air untuk
memudahkan ikan sampai ke laut. Yusya`
tertegun memperhatikan kebesaran Allah
itu.
Selepas menyaksikan peristiwa yang
sungguh menakjubkan dan luar biasa itu,
Yusya’ tertidur dan ketika terjaga, beliau
lupa untuk menceritakannya kepada Musa
Mereka kemudiannya meneruskan lagi
perjalanan siang dan malamnya dan pada
keesokan paginya,
Ibn `Abbas berkata, “Nabi Musa sebenarnya
tidak merasa letih sehingga baginda
melewati tempat yang diperintahkan oleh
Allah supaya menemui hamba-Nya yang
lebih berilmu itu.” Yusya’ berkata kepada
Nabi Musa,
“Tahukah guru bahwa ketika kita mencari
tempat berlindung di batu tadi,
sesungguhnya aku lupa (menceritakan
tentang) ikan itu dan tidak lain yang
membuat aku lupa untuk menceritakannya
kecuali syaitan dan ikan itu kembali masuk
kedalam laut itu dengan cara yang amat
aneh.” (Surah Al-Kahfi : 63)
Musa segera teringat sesuatu, bahwa mereka
sebenarnya sudah menemukan tempat
pertemuan dengan hamba Allah yang sedang
dicarinya tersebut. Kini, kedua-dua mereka
berbalik arah untuk kembali ke tempat
tersebut yaitu di batu yang menjadi tempat
persinggahan mereka sebelumnya, tempat
bertemunya dua buah lautan
Musa berkata, “Itulah tempat yang kita
cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti
jejak mereka semula. (Surah Al-Kahfi : 64)
Terdapat banyak pendapat tentang tempat
pertemuan Musa dengan Khidir.Ada yang mengatakan bahwa
tempat tersebut adalah pertemuan Laut
Romawi dengan Parsia yaitu tempat
bertemunya Laut Merah dengan Samudra
Hindia. Pendapat yang lain mengatakan
bahwa lautan tersebut terletak di tempat
pertemuan antara Laut Roma dengan Lautan
Atlantik. Di samping itu, ada juga yang
mengatakan bahwa lautan tersebut terletak
di sebuah tempat yang bernama Ras
Muhammad yaitu antara Teluk Suez dengan
Teluk Aqabah di Laut Merah.

Persyaratan belajar
Setibanya mereka di
tempat yang dituju, mereka melihat seorang
hamba Allah yang berjubah putih bersih.
Nabi Musa pun mengucapkan salam
kepadanya. Khidir menjawab salamnya dan
bertanya, “Dari mana datangnya
kesejahteraan di bumi yang tidak
mempunyai kesejahteraan? Siapakah kamu”
Jawab Musa, “Aku adalah Musa.” Khidir
bertanya lagi, “Musa dari Bani Isra’il?”
Nabi Musa menjawab, “Ya. Aku datang
menemui Tuan supaya Tuan dapat
mengajarkan sebagian ilmu dan
kebijaksanaan yang telah diajarkan kepada
Tuan.”
Khidir menegaskan, “Sesungguhnya kamu
sekali-kali tidak akan sanggup bersabar
bersama-samaku.” (Surah Al-Kahfi : 67)
“Wahai Musa, sesungguhnya ilmu yang
kumiliki ini ialah sebahagian daripada ilmu
karunia dari Allah yang diajarkan kepadaku
tetapi tidak diajarkan kepadamu wahai
Musa. Kamu juga memiliki ilmu yang
diajarkan kepadamu yang tidak
kuketahuinya.”
Nabi Musa berkata, “Insya Allah
tuan akan mendapati diriku
sebagai seorang yang sabar dan
aku tidak akan menentang tuan
dalam sesuatu urusan pun.”
(Surah Al-Kahfi : 69)
Dia (Khidir) selanjutnya mengingatkan,
“Jika kamu mengikutiku, maka janganlah
kamu menanyakan kepadaku tentang
sesuatu pun sehingga aku sendiri
menerangkannya kepadamu.” (Surah Al-
Kahfi : 70)

Perjalanan Khidr dan Musa
Nabi Musa mengikuti Nabi Khidir dan
terjadilah, peristiwa yang menguji diri Musa
yang telah berjanji bahwa Nabi Musa tidak
akan bertanya mengenai sesuatu tindakan
Nabi Khidir. Setiap tindakan Nabi Khidir
a.s. itu dianggap aneh dan membuat Nabi
Musa terperanjat.
Peristiwa ketika Nabi Khidir
menghancurkan perahu yang mereka
ditumpangi . Nabi Musa bertanya kepada
Nabi Khidir. Nabi Khidir mengingatkan
akan janji Nabi Musa, dan Nabi Musa
meminta maaf karena lalai mengingkari
janji untuk tidak bertanya mengenai
tindakan Nabi Khidir.
Ketika mereka tiba di
suatu daratan, Nabi Khidir membunuh bocah
yang sedang bermain dengan teman
sebayanya. Dan lagi-lagi Nabi Musa
bertanya kepada Nabi Khidir. Nabi Khidir
kembali mengingatkan janji Nabi Musa, dan
beliau diberi kesempatan terakhir untuk
tidak bertanya-tanya terhadap yang
dilakukan oleh Nabi Khidir, jika masih
bertanya lagi maka Nabi Musa harus rela
untuk tidak mengikuti perjalanan bersama
Nabi Khidir.
Mereka melanjutkan perjalanan hingga
sampai disuatu Perkampungan. Sikap
penduduk Kampung itu tidak bersahabat dan
tidak mau menerima kehadiran mereka, hal
ini membuat Nabi Musa merasa kesal
terhadap penduduk itu. Setelah dikecewakan
oleh penduduk, Nabi Khidir malah
menyuruh Nabi Musa untuk memperbaiki
tembok suatu rumah yang rusak . Nabi Musa
tidak kuasa untuk bertanya terhadap sikap
Nabi Khidir ini.
Akhirnya Nabi Khidir menegaskan pada
Nabi Musa bahwa beliau tidak dapat
menerima Nabi Musa untuk menjadi
muridnya dan Nabi Musa tidak
diperkenankan untuk terus melanjutkan
bersama dengan Nabi Khidir.
Nabi Khidir menguraikan mengapa beliau
melakukan hal-hal yang membuat Nabi
Musa bertanya.
Kejadian pertama adalah
Nabi Khidir menghancurkan perahu yang
mereka tumpangi karena perahu itu dimiliki
oleh seorang yang miskin dan di daerah itu
tinggallah seorang raja yang suka merampas
perahu miliki rakyatnya.
Kejadian yang kedua, Nabi Khidir
menjelaskan bahwa beliau membunuh
seorang anak karena kedua orang tuanya
adalah pasangan yang beriman dan jika anak
ini menjadi dewasa dapat mendorong bapak
dan ibunya menjadi orang yang sesat dan
kufur. Kematian anak ini digantikan dengan
anak yang shalih dan lebih mengasihi kedua
bapak-ibunya hingga ke anak cucunya.
Kejadian yang ketiga , Nabi Khidir
menjelaskan bahwa rumah yang dinding
diperbaiki itu adalah milik dua orang kakak
beradik yatim yang tinggal di kota tersebut.
Didalam rumah tersebut tersimpan harta
benda yang ditujukan untuk mereka berdua.
Ayah kedua kakak beradik ini telah
meninggal dunia dan merupakan seorang
yang shalih. Jika tembok rumah tersebut
runtuh, maka bisa dipastikan bahwa harta
yang tersimpan tersebut akan ditemukan
oleh orang-orang di kota itu yang sebagian
besar masih menyembah berhala, sedangkan
kedua kakak beradik tersebut masih cukup
kecil untuk dapat mengelola peninggalan
harta ayahnya. Dipercaya tempat tersebut
berada di negeri Antakya, Turki.
Akhirnya Nabi Musa as.
sadar hikmah dari setiap perbuatan yang
telah dikerjakan Nabi Khidir. Akhirya
mengerti pula Nabi Musa dan merasa amat
bersyukur karena telah dipertemukan oleh
Allah dengan seorang hamba Allah yang
shalih yang dapat mengajarkan kepadanya
ilmu yang tidak dapat dituntut atau dipelajari
yaitu ilmu ladunni. Ilmu ini diberikan oleh
Allah SWT kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya. Nabi Khidir yang
bertindak sebagai seorang guru yang
memberikan nasihat dan menyampaikan
ilmu seperti yang diminta oleh Nabi Musa.
Saat mereka di dalam perahu yang
ditumpangi, datanglah seekor burung lalu
hinggap di ujung perahu itu. Burung itu
meneguk air dengan paruhnya, lalu Nabi
Khidir berkata, “Ilmuku dan ilmumu tidak
berbanding dengan ilmu Allah, Ilmu Allah
tidak akan pernah berkurang seperti air laut
ini karena diteguk sedikit airnya oleh burung
ini.”
Sebelum berpisah, Khidir berpesan kepada
Musa: “Jadilah kamu seorang yang
tersenyum dan bukannya orang yang
tertawa. Teruskanlah berdakwah dan
janganlah berjalan tanpa tujuan. Janganlah
pula apabila kamu melakukan kekhilafan,
berputus asa dengan kekhilafan yang telah
dilakukan itu. Menangislah disebabkan
kekhilafan ya

Hikmah kisah Khidir
Dari kisah Khidir ini kita dapat mengambil
pelajaran penting. Diantaranya adalah Ilmu
merupakan karunia Allah SWT, tidak ada
seorang manusia pun yang boleh mengklaim
bahwa dirinya lebih berilmu dibanding yang
lainnya. Hal ini dikarenakan ada ilmu yang
merupakan anugrah dari Allah SWT yang
diberikan kepada seseorang tanpa harus
mempelajarinya (Ilmu Ladunni, yaitu ilmu
yang dikhususkan bagi hamba-hamba Allah
yang shalih dan terpilih)
Hikmah yang kedua, dalam menimba ilmu
kita perlu bersabar dan tidak terburu-buru
untuk mendapatkan kebijaksanaan dari
setiap peristiwa yang dialami.
Hikmah ketiga adalah setiap murid harus
memelihara adab dengan gurunya. Setiap
murid harus bersedia mendengar penjelasan
seorang guru dari awal hingga akhir sebelum
nantinya dapat bertindak diluar perintah dari
guru.
Hikmah keempat, dalam berguru ilmu
makrifat janganlah banyak bertanya, tetapi
olah dalam otak, resapilah dalam hati pasti
akan menemukan jawabnya walau tanpa
bertanya sekalipun.

0 komentar:

Posting Komentar

Recent Post

 

Blogger news

Recent Comments

Loading...

Blogroll

Daftar Blog Saya

About

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *